Meja Makan di Tengah Jalan Negeri Jiran

Pedagang di kawasan Bukit Bintang cukup tertib pada siang hari.

Untuk menata pedagang kaki lima, ada baiknya Pemda DKI Jakarta melakukan study banding ke Malaysia. Setidaknya untuk melihat pusat perniagaan kaki lima di Bukit Bintang.

Saya menginap dua malam di sebuah hotel kecil di kawasan Bukit Bintang, tahun lalu. Bersama semua karyawan, kami mengikuti wisata murah-meriah sebagai ucapan terima kasih atas kinerja mereka setahun sebelumnya.

Beberapa blok di belakang Hotel Fragrance tempat kami menginap merupakan pusat perniagaan kaki lima yang sangat ramai. Jumlahnya ratusan, memenuhi bahu jalan di sisi kiri dan kanan.

Mulai melanggar pada petang hari
Para pedagang kaki lima sebenarnya sudah diberi toleransi pemerintah daerah Bukit Bintang untuk berjualan dalam batas tertentu dan pada jam tertentu. Melebihi batas itu berarti melanggar. Maka, mereka harus siap menerima sanksi.

Karena mungkin pengunjung yang ramai, malam itu banyak pedagang menggelar lapak hingga melampaui batas yang diperbolehkan. Sampai-sampai hanya satu mobil yang bisa lewat. Seharusnya jalur harus bisa dilewati tiga mobil berjejer.

Makin  ruwet pada malam hari
Saat kami menikmati makan malam dengan menu seafood, mendadak beberapa warung makan menutup meja dan kursi di sekeliling saya dengan tergesa-gesa. ‘’Ada polis… ada polis,’’ kata para pedagang itu bersahutan.

Kami segera sadar telah makan di meja yang berada di wilayah terlarang. Maka kami menawarkan untuk pindah ke dalam restoran. ‘’Tidak usah Pak. Anda boleh di situ sampai selesai makan malam,’’ kata pelayan restoran.

Rupanya, pelanggar batas wilayah berjualan diberi toleransi aparat untuk membiarkan tamu menyelesaikan makan malamnya. Jadilah meja kami menjadi satu-satunya yang berada di tengah jalan.

Bagus juga ya.... 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengirim Berita Video ke Redaksi TV

Panduan Praktis Menulis Biografi

Peluang Bisnis Tahu Nigarin Organik