Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Peluang Bisnis Tahu Nigarin Organik

Gambar
Jumat malam lalu saya ketemu Djoko Yuwono, sahabat sekampung halaman dari Grobogan. Dia wartawan senior di Harian ‘’Pos Kota’’, selain aktivis di sejumlah organisasi sosial kemasyarakatan. Dalam pertemuan selama tiga jam di emperan Seven Eleven Sunter, Djoko bercerita tentang usaha pelatihan pembuatan tahu nigarin yang dijalankan istrinya. Terus terang, seumur hidup saya baru mendengar nama ‘’tahu nigarin’’ ini. Apa bedanya dengan tofu dan tahu Sumedang? ‘’Beda sama sekali. Tahu diproses dengan menggunakan berbagai biang seperti batu tahu, cuka dan lain-lain. Nah, tahu nigarin diproses dengan biang tahu yang disebut nigarin,’’ jelas Djoko. Nigarin adalah zat cair yang diolah dari air laut. Masyarakat mengenalnya sebagai ‘’saripati air laut’’. Zat inilah yang menjadi biang tahu, sehingga hasilnya disebut tahu nigarin. Berbeda dengan tahu konvensional, tahu nigarin dibuat dengan mesin listrik yang modern dan praktis. Bentuknya seperti blender jus buah yang bisa memisahkan

Peluang Franchise Home Industry Tempe

Gambar
Pasar Kelas Menengah Terbuka Lebar Tempe adalah produk olahan kedelai paling popular di Indonesia. Belum ada produk olahan kedelai lainnya yang bisa mengalahkan kehebatan tempe. Bayangkan, kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai 2 juta ton per tahun. Sebanyak 800 ribu ton diproduksi di dalam negeri. Sisanya sebanyak 1.2 juta ton diimpor dari berbagai negara sub tropis di Amerika Latin. Dari 2 juta ton kebutuhan kedelai nasional, sebanyak 80 persen terserap di industri tempe dan tahu. Artinya, industri rakyat itu membutuhkan suplai kedelai sebesar 1,6 juta ton sendiri. Sisanya dihabiskan industri makanan dan minuman berbasis kedelai seperti susu kedelai dan lain-lain. Bila 1,6 juta ton kedelai berputar di industri tempe dan tahu, modal yang berputar di dua jenis makanan rakyat itu tidak kurang dari Rp 16 triliun per tahun. Asumsinya, harga kedelai berkisar Rp 10 ribu per kilo, termasuk ongkos kirimnya. Berdasarkan pengalaman para perajin tempe, 1 kilogram kedelai