Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

''Jati Wangi'' yang Bikin Wangi Jati Wangi

Gambar
Setiap mendengar kalimat ''Jati Wangi'' pikiran kita pasti akan tertuju pada genteng press berkualitas tinggi. Tapi jangan salah, Jati Wangi bukan merek genteng. Jati Wangi merupakan nama sebuah desa di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, yang terkenal sebagai pusat produksi genteng press terbaik di Indonesia. Di Desa Jati Wangi, ada ratusan pengusaha genteng press. Karena itu, tidak heran kalau semuanya menempelkan kalimat ''Jati Wangi''. Selain sebagai penanda bahwa genteng tersebut berasal dari Jati Wangi, pencantum kalimat ''Jati Wangi'' juga membuat konsumen percaya pada kualitas genteng tersebut. Jati Wangi memang sudah identik dengan genteng bermutu. Pencantuman kalimat ''Jati Wangi'' menjadikan genteng tersebut tetap eksis di pasar berkompetisi dengan genteng sejenis dari Sokaraja (Banyumas), Kebumen dan Jepara. Ketiganya dari wilayah Jawa Tengah. Sudah tak terhitung lagi, berapa kali saya lewat Jat

Bagaimana Cara RFID Monitoring BBM?

Gambar
RFID. Sering mendengar namanya, tetapi baru sekali ini saya melihatnya. Kebetulan petugasnya baik hati, membolehkan saya memotret dan meminta penjelasan cara kerjanya. RFID atau radio frequency identification mendadak jadi obrolan menarik antara saya dengan petugas SPBU di Sunter, Senin tengah malam (29/7). Gara-garanya, petugas itu beberapa kali gagal mengoperasikan pompa bensin ke tangki mobil saya, hingga  empat kali. ''Sebentar Pak. Saya bersihkan dulu lempengan RFID-nya. Sepertinya kotor jadi mesin pompa tidak mau menyala,'' kata petugas itu. Lempeng RFID kotor di mobil saya bisa membuat mesin pompa bensin tidak bekerja? Bagaimana hubungannya? Ternyata, mesin pompa di SPBU Sunter itu harus terkoneksi dulu dengan RFID untuk bisa beroperasi. Cara menghubungkannya dengan menempelkan  logam yang ada pangkal corong bensin ke lempeng RFID dan bodi mobil. Begitu kedua bagian bonggol corong terhubung secara benar, layar display digital pada pompa l

Melihat Kampung Kuliner BSM

Gambar
Dulu lorong sepanjang 180 meter di belakang Gedung Bank Mandiri itu kumuh dan penuh sampah. Pada 2011, kawasan itu disulap menjadi Pusat Kuliner Bank Syariah Mandiri (BSM). Sampai sekarang lokasi ini tetap terjaga bersih dan rapi. Sebanyak 160 pedagang yang berjualan di dalamnya menjaga kebersihan lingkungan secara sadar. Berkat lingkungan bersih, pembeli yang mayoritas karyawan perkantoran itu doyan makan di sana. Menteri BUMN Dahlan Iskan termasuk salah satu yang sering makan siang di pusat kuliner BSM. Mas Nardi, teman baik saya yang menjadi eksekutif BSM, menceritakan bahwa penataan kampung kuliner merupakan salah satu konsep pelaksanaan corporate social responsibility perusahaannya. ‘’Dana CSR harus didistribusikan untuk mendorong produktivitas lingkungan,’’ kata Mas Nardi yang asli Boyolali itu. Konsep CSR BSM ini memang  perlu   diacungi jempol.

Bursa Hewan Qurban Modern Untuk Jakarta

Gambar
Dalam dua bulan ke depan, berbagai kawasan di Jakarta akan mulai diserbu pedagang hewan qurban. Banyak tempat yang selama ini ‘’steril’’ akan menjadi jorok dan bau kotoran sapi, kerbau dan kambing. Pak A Hok sebagai pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta harus segera mengambil langkah antisipasi dengan membuat pusat bursa hewan qurban. Pusat hewan qurban itu, kalau perlu digratiskan saja untuk para pedagang, agar tidak berdagang di sembarang tempat. Adakah contohnya? Ada. Setidaknya di Surabaya dan di Depok, Jawa Barat, sudah ada yang memulainya. Di Surabaya, pengelola pusat pameran terbesar, Jatim International Expo, Jalan Ahmad Yani pernah membuat event bursa hewan qurban yang didesain seperti sebuah mall. Ruang pajangnya bersih dan berpendingin udara. Pedagangnya SPG yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Di Depok, Jawa Barat, Haji Doni, seorang pedagang hewan qurban juga membuat konsep penjualan yang tidak kalah menarik. Kandangnya dijaga agar selalu bersih dan

Meja Makan di Tengah Jalan Negeri Jiran

Gambar
Pedagang di kawasan Bukit Bintang cukup tertib pada siang hari. Untuk menata pedagang kaki lima, ada baiknya Pemda DKI Jakarta melakukan study banding ke Malaysia. Setidaknya untuk melihat pusat perniagaan kaki lima di Bukit Bintang. Saya menginap dua malam di sebuah hotel kecil di kawasan Bukit Bintang, tahun lalu. Bersama semua karyawan, kami mengikuti wisata murah-meriah sebagai ucapan terima kasih atas kinerja mereka setahun sebelumnya. Beberapa blok di belakang Hotel Fragrance tempat kami menginap merupakan pusat perniagaan kaki lima yang sangat ramai. Jumlahnya ratusan, memenuhi bahu jalan di sisi kiri dan kanan. Mulai melanggar pada petang hari Para pedagang kaki lima sebenarnya sudah diberi toleransi pemerintah daerah Bukit Bintang untuk berjualan dalam batas tertentu dan pada jam tertentu. Melebihi batas itu berarti melanggar. Maka, mereka harus siap menerima sanksi. Karena mungkin pengunjung yang ramai, malam itu banyak pedagang menggelar lapak hin

Hilangnya Trotoar di Kota Jakarta

Gambar
Dua tahun lalu, tukang bubur kacang hijau di sudut pertigaan Jalan Kebayoran Lama itu hanya mangkal setiap malam. Menempati sepetak tanah di jalur pejalan kaki, gerobak dorongnya hilang dari pagi hingga petang. Setahun lalu, gerobak dorong itu mangkal pagi, siang, sore dan malam. Pedagang bubur kacang hijau itu kemudian menambahi pangkalannya dengan selembar kain dengan tulisan ‘’Jual Bubur Kacang Hijau dan Ketan Hitam’’. Selain untuk promosi juga untuk penahan panas, hujan dan debu-debu yang beterbangan tersapu arus kendaraan. Sejak itu, pejalan kaki menjadi susah melintas. Mereka harus melangkah di jalur kendaraan. Kenyamanan pejalan kaki berubah menjadi ancaman kecelakaan lalu lintas. Kelancaran lalu lintas terganggu dengan kemacetan. Di belakang RSPAD Gatot Subroto lebih parah lagi. Warung makan kaki lima yang mangkal di situ sekarang sudah membangun warung berdinding bata di atas trotoar. Hampir setiap hari saya lewati jalur itu. Beberapa bulan lalu, pem

Musim Beduk di Kampung Betawi

Gambar
Musim beduk tidak peduli apa partai dan siapa capresnya. ‘’Lagi musim apaan Nyak?’’ tanya saya kepada Bu Romlah, kenalan saya warga Tanah Abang, Jakarta Pusat. ‘’Musim beduk,’’ jawab Bu Romlah. ‘’Haah? Musim beduk? Kayak buah-buahan aje?’’ tanya saya setengah heran. ‘’Emangnye hanya duren yang punye musim? Beduk juga ade musimnye,’’ jawab Bu Rumlah, dengan gaya bercanda khas Betawi. Tadi sore saya menyempatkan lewat Tanah Abang. Saya penasaran seperti apa suasana musim beduk di Kampung Betawi itu. Dari arah Cideng hingga Pasar Tanah Abang, musim beduk belum terlihat. Kompleks perniagaan yang terkenal hingga ke manca negara itu mulai sepi.  Beberapa orang terlihat menutup tokonya. ‘’Buka lagi tanggal 4 Agustus 2014,’’ bunyi sebuah spanduk mini yang ditempel di rolling door sebuah toko baju muslim. Mengangkut beduk dengan bajaj Musim beduk baru terasa ketika keluar dari pasar Tanah Abang. Beberapa orang memajang beduk aneka ukuran di sepanjan

Murahnya Nyawa di Ibu Kota

Gambar
Polisi menertibkan pengemudi sepeda motor yang masuk jalur cepat Semalam saya pulang dari kantor di Kebayoran Lama sudah lewat dari pukul 01.00. Sampai di Jalan Cempaka Putih Raya, beberapa sepeda motor di depan saya mendadak nekat berbalik arah melawan arus di jalur cepat. Kampanye tertib lalu lintas Nyaris saja pengemudia salah satu sepeda motor yang putar balik itu menabrak mobil saya dengan kecepatan cukup tinggi. Remaja tanpa helm itu meliuk-liukkan badan untuk mengimbangi motornya yang sedang oleng. Dari spion, saya lihat sepeda motor itu membuat panik beberapa pengemudi mobil yang sedang naik di fly over Senen. Bunyi klakson bersahutan. Tiba-tiba…. beberapa mobil di belakang saya berhenti. Klakson masih bersahut-sahutan. Apakah motor itu menabrak atau menyerempet sebuah mobil di atas fly over? Entahlah. Jaraknya sudah terlalu jauh untuk bisa saya intip melalui kaca spion. Melawan arus di flye over Setelah saya meneruskan perjalanan sekitar

Ternyata KIR Kendaraan Umum Bisa Dibeli

Gambar
Bagaimana bus dengan asap knalpot seperti ini bisa lulus uji? Ternyata surat KIR kendaraan umum itu bisa dibeli. Buruknya mutu moda transportasi publik di Jakarta ternyata erat kaitannya dengan praktik korupsi. Temuan ini diperoleh saat Pelaksana Tugas Gubernur DKI A Hok melakukan inspeksi mendadak di pusat pengujian KIR kendaraan bermotor bersama petugas Komisi Pemberantasan Korupsi, Rabu (23/7) lalu. Dalam sidak tersebut, diketahui bahwa 80 alat uji KIR tidak berfungsi sama sekali. A Hok dan petugas KPK juga menemukan banyaknya calo yang bertugas di kantor tersebut. Bus tanpa pintu dan jendela. Salah satu calo itu mengaku sebagai wartawan. Setelah dicek, ternyata dia wartawan gadungan. Akhirnya wartawan abal-abal itu diamankan polisi karena ditemukan membawa pistol jenis air soft gun . Bajaj tua juga bisa dapat surat KIR Menurut informasi, setiap hari ada sekitar 500 kendaraan yang menunggu antrian KIR. Untuk memuluskan jalan mendapat surat lolos uji, para p

Melawan Reklame Vulgar dan Liar

Gambar
Bisnis apa yang paling menarik di Jakarta? Konon, bidang usaha yang paling prospektif di sebuah kawasan bisa dilihat dari reklame yang banyak dipasang. Bila asumsi itu benar, sedot WC, pengobatan alternatif, les privat, jasa penyediaan badut merupakan yang paling menguntungkan. Buktinya pengusahanya memasang reklame di mana-mana. Sayangnya, reklame-reklame mereka sering dipasang di tempat yang tidak semestinya. Misalnya, di dinding underpass, di tiang listrik dan tempat-tempat terlarang lainnya. Tentu saja reklame itu sangat mengganggu pemandangan. Lingkungan jadi jorok karena kertas-kertas promosi itu. Belum lagi kalau melihat konten reklamenya. Beberapa di antaranya menggunakan bahasa yang vulgar. Sejak kepemimpinan Jokowi – Ahok, Pemerintah Daerah DKI cukup rajin melakukan pembersihan tembok dan tiang listrik di kawasan umum dari reklame liar. Namun, belum pernah diberitakan ada pemasang reklame liar yang dijatuhi hukuman. Seharusnya Pemda DKI tegas ke

Simpul Macet yang Dibiarkan Saja

Gambar
BIKIN MACET: Dua bus ngetem berjejer menghabiskan badan jalan di depan pintu tol Pulo Mas. Pemandangan ini terlihat setiap hari dan tidak ada sanksi pelanggaran lalu lintas dari aparat berwenang. Penyebab kemacetan di depan pintu tol Pulo Mas itu tidak berubah. Bus dan angkutan umum yang ngetem sembarangan, pedagang kaki lima dan penumpang. Semua berada di kawasan terlarang. Padahal, 200 meter dari lokasi itu berdiri sebuah pos polisi lalu lintas. Padahal polisi lalu lintas sering juga berjaga di situ. Tapi prilaku pengemudi bus, sopir angkutan umum, pedagang kaki lima dan para penumpang tidak juga berubah. Pekan lalu, beberapa petugas ketentraman dan ketertiban (Tramtib) melakukan operasi. Lapak-lapak pedagang dibongkar. Tetapi bus dan angkutan umum itu tidak pergi. Hanya mundur 100 meteran. Ini menyebabkan kemacetan lebih parah lagi, karena memakan separo badan jalan dari arah Pulo Gadung. Bila diperhatikan, bus yang ngetem ya itu-itu saja. Yang paling sering ter