Selembar Baju Batik Tanda Cinta
Baju untuk Abah Dahlan Iskan sedang dijahit. |
Ada oleh-oleh istimewa yang saya bawa dari desa saat mudik
Lebaran di Purwodadi, Jawa Tengah, pekan lalu. Buah tangan itu berupa selembar
baju batik karya ibu-ibu buruh tani di dusun Glonggong, Kranggan Harjo, yang
kini membuat kelompok usaha bersama (KUB) Batik Sekar Kencono.
Oleh-oleh itu saya sebut istimewa, karena dibuat secara
istimewa untuk orang yang istimewa pula. Kain batik itu dibuat dengan desain
khusus yang cukup rumit desainnya. Warnanya ada enam, sehingga harus dicelup
hingga enam kali. Semuanya menggunakan pewarna alami. Untuk membuat kain batik
itu, KUB Sekar Kencono mendatangkan pelatih ahli dari Solo.
Setelah proses batik selesai, kain berwarna dominan coklat
susu itu dijahit oleh penjahit terbaik di dusun Glonggong. Ukuran badannya menggunakan
ukuran salah seorang warga desa yang diperkirakan sama dengan ukuran orang
istimewa itu.
‘’Warga dusun Glonggong, khususnya ibu-ibu anggota KUB Batik Sekar
Kencono menitipkan baju ini untuk Abah Dahlan Iskan sebagai ucapan terima kasih
atas kunjungannya waktu itu. Karena dimotivasi Abah, KUB Batik Sekar Kencono bisa
berdiri, bisa berproduksi dan bisa memasarkan hasilnya,’’ kata Agus Triyono, pembina
KUB Batik Sekar Kencono.
Saya tertegun mendengar penyampaian Agus. Terus terang
saya merasa terharu, bangga sekaligus
cemas. Terharu karena warga desa saya begitu mencintai Abah Dahlan Iskan. Bangga
karena kehadiran Abah telah memotivasi mereka untuk membangun sebuah usaha
bersama. Tetapi saya benar-benar cemas, karena saya tahu Abah tidak senang diberi
oleh-oleh.
‘’Abah tidak akan mau kalau diberi oleh-oleh. Pasti ditolak. Lebih
baik baju ini saya tawarkan kepada Abah untuk dibeli saja,’’ kata saya kepada
Agus.
‘’Tapi baju ini memang dibuat sebagai rasa terima kasih warga
desa kepada Abah, bukan untuk dijual kepada Abah,’’ sanggah Agus.
‘’Coba ongkos produksinya dihitung, biaya pelatihnya
dihitung, biaya jahitnya dihitung,’’ kata saya.
Akhirnya, setelah dikalkulasi seluruhnya ketemulah angka Rp
300 ribu. ‘’Saya akan bawa baju batik ini kepada Abah untuk saya tawarkan
seharga Rp 300 ribu. Insya Allah Abah akan senang hati membelinya dan akan
memakainya dengan bangga,’’ kata saya.
Sekarang kecemasan saya tinggal satu: mudah-mudahan ukuran
bajunya cocok dengan badan Abah!
Komentar
Posting Komentar