Gara-Gara Toblerone dan Nutella


Bila suka martabak manis atau kue terang bulan, Anda perlu mencoba yang satu ini. Syaratnya: mesti sabar mengantri. Maklum, Anda mungkin mendapat antrean di atas nomor 100!

Namanya ‘’Martabak 65A’’. Mangkalnya di Jalan Raya Pecenongan Nomor 65A, Jakarta Pusat. Posisinya persis di depan Hotel Red Top. Di kalangan penggemar martabak di Ibu Kota, nama Martabak 65A ini cukup kesohor. Buktinya, ratusan orang setiap malam rela mengantre hingga dua jam!

Kisah mengantre Martabak 65A itu saya dengar dari Pak Yohannes dan Alvin, sahabat saya yang bekerja di perusahaan distribusi rokok Djarum, Selasa siang (5/8). ‘’Setiap saya beli martabak di situ, belum pernah mendapat nomor antrean di bawah 100,’’ kata Pak Yohannes.

Penasaran dengan cerita Pak Yohannes, Rabu malam saya sempatkan waktu untuk mampir ke Martabak 65A. Kebetulan sudah bisa pulang pukul 22.00.

Tiba di kios Martabak 65A, terlihat sekitar 25 orang yang atre. Setelah memesan menu di konter pemesanan, selanjutnya mengambil nomor urut antrean sekaligus membayar pesanan. Dapatlah nomor 165!

Apa yang membuat Martabak 65A ini begitu popular? Setelah melihat langsung dan merasakan kuenya, saya menyimpulkan bahwa Martabak 65A punya tiga rahasia sukses: resepnya, segmentasi pasarnya dan strategi komunikasinya.

Dalam soal resep, Martabak 65A punya toping special yang belum saya ditemukan di tempat lain seperti Toblerone, Ovaltine dan Nutella. Dengan produk itu, Martabak 65A jelas membidik pasar menengah berusia muda. Tidak salah kalau Martabak 65A mengandalkan media digital seperti website dan media sosial seperti Facebook dan Twitter sebagai strategi komunikasinya.

Gaya hidup digital konsumen Martabak 65A rupanya diendus oleh Bank BCA dan Bank Mandiri. Terbukti, kedua bank raksasa itu memasang mesin EDC untuk memudahkan konsumen dalam bertransaksi dengan kartu debet atau kartu ATM.

Dengan segmentasi pasar muda kelas menengah, Martabak 65A memasang harga dari Rp 65 ribu per loyang hingga Rp 125 ribu per loyang. Cukup mahal bila dibandingkan dengan martabak manis di tempat lain.

Tapi dengan pilihan produk coklat Toblerone atau Nutella, harga semahal itu bisa diterima pasar. Terbukti, setiap hari Martabak 65A bisa menjual hingga 200 loyang. Terbukti konsumen tahan menunggu pesanannya jadi hingga dua jam.

Bila harga per loyang diasumsikan rata-rata Rp 100 ribu saja, penjualan Martabak 65A setiap hari bisa mencapai Rp 20 juta. Bila keuntungannya 40 persen, maka laba usaha Martabak 65A bisa mencapai Rp 8 juta per hari, atau Rp 240 juta per bulan!


Semoga menginspirasi.

Komentar

  1. Halo,
    Apakah Anda secara finansial turun? mendapatkan pinjaman sekarang dan bisnis Anda menghidupkan kembali, Kami adalah pemberi pinjaman dapat diandalkan dan kami memulai program pinjaman ini untuk memberantas kemiskinan dan menciptakan kesempatan bagi yang kurang istimewa untuk memungkinkan mereka membangun sendiri dan menghidupkan kembali bisnis mereka tahun baru ini. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami melalui email: (gloryloanfirm@gmail.com). mengisi formulir Informasi Debitur berikut:

    Nama lengkap: _______________
    Negara: __________________
    Sex: ______________________
    Umur: ______________________
    Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
    Durasi Pinjaman: ____________
    Tujuan pinjaman: _____________
    Nomor ponsel: ________

    silahkan mengajukan permohonan perusahaan yang sah.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengirim Berita Video ke Redaksi TV

Panduan Praktis Menulis Biografi

Peluang Bisnis Tahu Nigarin Organik